Tarian Jawa Tengah

Tarian Jawa TengahTarian Jawa Tengah – Ada banyak sekali tarian Tradisional Jawa Tengah yang masih eksis hingga saat ini sebagai salah satu bagian dari budaya Indonesia. Tarian Jawa Tengah tidak saja ditarikan oleh orang-orang dewasa namun juga dimainkan oleh anak-anak dari SD sampai dengan SMA. Hal ini sebagai upaya sekolah dalam memperkenalkan budaya Indonesia langsung melalui penerapan. Hal ini penting dilakukan oleh pihak sekolah untuk memperkenalkan budaya nusantara.

Beberapa tarian tradisional Jawa difungsikan untuk menyambut tamu dari luar daerah, dari provinsi sampai dengan luar negeri. Namun di zaman dahulu, tarian-tarian tersebut biasanya difungsikan untuk menyambut tamu raja dari daerah lain. Pada pelaksanaannya, tarian-tarian Jawa ditarikan dengan berbagai variasi misalnya tarian yang dilakukan sendiri, berpasangan atau kelompok.

Selain itu, masing-masing tarian memiliki ciri khas untuk menyimbolkan nilai-nilai tertentu dengan berbagai pola lantai. Pola-pola lantai tersebut misalnya pola lantai garis lurus, garis lengkung serta lingkaran. Sebagai informasi tambahan, tarian Jawa juga banyak menggunakan properti untuk menarikan gerakan agar lebih menarik. Karena itu, tarian Jawa dan Propertinya tidak pernah bisa dipisahkan. Cek tarian Jawa Tengah beserta gambarnya.

Tarian Adat Jawa Tengah :

1. Tari Bedhaya Ketawang.

Tarian tradisional Jawa Tengah Tari Bedhaya Ketawang secara etimologis berasal dari kata ‘bedhaya’ yang berarti penari wanita sementara kata ‘ketawang’ berarti langit. Jadi tari Bedhaya Ketawang berarti penari wanita yang berasal dari istana langit.

Tari Bedhaya Ketawang ini biasanya dipertunjukkan hanya untuk acara-acara resmi dengan tujuan untuk menghibur. Pada mulanya, tarian ini bercerita awal mula hubungan Ratu Kidul atau biasa dikenal dengan Nyi Roro Kidul. Jika ada yang menarikan tarian Bedhaya Ketawang in, sebagaimana mitos yang dipercaya masyarakat, Nyi Roro Kidul juga akan ikut menghadiri acara tersebut sembari ikut menari.

Tari Bedhaya Ketawang ini biasanya ditarikan oleh 9 perempuan yang sekaligus melambangkan sembilan wali Jawa atau dikenal dengan wali songo. Angka 9 ini juga sekaligus melambangkan arah mata angin. Tarian ini selalu diiringi musik seperti musik Gending Ketawang Gedge, atau juga bisa hanya diiringi dengan suara gamelan.

Untuk busana yang dikenakan para penari menggunakan busana pengantin Jawa dengan gelung besar dan juga sekaligus aksesoris Jawa. Beberapa aksesoris Jawa yang biasanya dikenakan misalnya sisir jeram saajar, centhung, toba dhadha, cunduk mentul dan garuda mungkur. Dan selain itu, para penari ini sangat dianjurkan menari dalam keadaan tidak sedang datang bulan.

2. Tari Gambyong.

Tari Gembyong Jawa Tengah
@sahabatnesia.com

Tari Gambyong ini asalnya dari Surakarta atau Solo. Mulanya tarian ini dibawakan sekadar sebagai tarian rakyat Awalnya, tarian ini hanya sebuah tarian rakyat untuk menyambut musim panen padi. Namun kini, Tari Gambyong menjadi salah satu tarian Jawa Tengah untuk menyambut tamu dan bersifat sakral.

Jika ditilik dari sejarahnya, kata Gambyong ini berasal dari seorang penari zaman dahulu yang suaranya sangat merdu dengan tubuh lentur. Kedua bakat tersebut dimiliki oleh penari yang bernama Sri Gambyong dan banyak memikat banyak orang.

Karena saking terkenalnya, kabar tentang gambyong sampai juga kepada Sunan Paku Buwono IV dan beliau mengundang gambyong untuk menari di istana. Ketika Gambyong menari di istana, seluruh orang terpikat dan akhirnya tarian tersebut dikembangkan dan ditobatkan sebagai tarian istana bahkan hingga sekarang khususnya di keraton-keraton Solo dan Yogyakarta.

Tidak ada ketentuan mengenai jumlah penari yang disyaratkan namun setiap penari wajib mengenakan kemben sebahu yang dilengkapi dengan selendang. Kostum penari Gambyong identik dengan warna kuning dan hijau, namun di dunia modern hal tersebut tidak menjadi patokan. Bahkan ada yang memodifikasinya dengan menggunakan jilbab namun tetap tidak keluar dari esensi.

Lihat juga: Senjata Tradisional Jawa Tengah

3. Tari Bondan Payung.

Tari Bondan Jawa Tengah
@kisahasalusul.blogspot.com

Tarian Jawa Tengah lainnya yang tidak kalah menarik yakni Tari Bondan Payung dari Surakarta. Tarian ini bercerita tentang ibu yang sangat menyayangi anak-anaknya, karena itu bentuk tarian Bondan sangat simpel dibandingkan dengan tarian lainnya. Ciri khas dari tari ini yakni penarinya yang membawa payung, boneka bayi serta kendi.

Pada mulanya tarian Bondan ini banyak ditarikan oleh para kembang desa sebagai pembuktian jati dirinya. Selain itu, gerakan tarian ini tidak rumit namun pada saat penari menaiki kendi, biasanya sangat menegangkan karena aturannya kendi tidak boleh sampai pecah. Selain itu, kostum yang dikenakan penari bondan menggunakan kostum Jawa yakni menggunakan kemben dengan diiringi musik gending.

Kini tarian Bondan terbagi menjadi dua yakni tari bondan tani dan tari bondan cindogo. Mungkin ke depan, tarian ini bisa dimodifikasi dengan gerakan-gerakan kontemporer agar nampak baru yang penting tetap ada unsur tari Bondan.

4. Sintren.

Selanjutnya yakni Tari Sintren. Tari ini berkembang di pesisir Pantai Utara Jawa seperti pesisir utara Jawa Tengah dan pesisir Barat Jawa Tengah. Beberapa daerah tersebut seperti Majalengka, Berebes, Indramayu, Cirebon, Pemalang, Banyumas serta Pekalongan. Tarian ini menjadi salah satu tarian misterius karena melibatkan alam ghaib yang dipanggil untuk merasuki badan penari. Tarian ini kini masih berkembang dan eksis.

Penari Sintren biasanya menggunakan kacamata hitam. Banyak masyarakat berasumsi ketika penari menari dengan mengenakan kacamata hitam, bola mata penari sintren menjadi putih karena itu perlu ditutupi agar penonton tidak ketakutan.

Lihat juga: Pakaian Adat Jawa Tengah

5. Tari Ebeg atau Kuda Lumping.

Tari Kuda Lumping Jawa Tengah
@santossalam.blogspot.com

Tarian Jawa Tengah yang tidak kalah mengagumkan yakni tari ebeg atau dikenal dengan sebutan kuda lumping yang menggunakan properti boneka kuda. Tarian ini merupakan tarian rakyat yang banyak dipentaskan sebagai hiburan warga atau sebagai syukuran hajatan.

Tidak ada ketentuan siapa yang boleh menarikan tari ebeg. Namun biasanya meski terdapat penari perempuan, biasanya hanya sedikit dan lebih banyak laki-laki. Hal ini dikarenakan tari ebeg ini sebagai gambaran perang zaman dahulu antara warga nusantara melawan penjajah Belanda.

Seperti tari sintren, tari ebeg juga melibatkan dunia ghaib yang dipanggil dengan memberikan sesaji atau menyan. Hal tersebut agar penari kerasukan dan menarinya menjadi lebih indah sembari makan-makanan yang tidak biasa seperti makan padi, kaca, dan lain sebagainya. Tarian ini diiringi musik gamelan, bendhe serta gendhing.

6. Kethek Ogleng.

Kethek Ogleng
@kemdikbud.go.id

Selanjutnya, tarian Jawa tengah bernama Kethek Ogleng. Secara bahasa, kata tersebut berasal dari kata kethek ogleng dari suku kata kethekk dan ogleng. Kethek artinya kera dan ogleng berasal dari suara yang seolah terdengar Ogleeeng… Ogleeeng…

Asal tarian ini dari Wonogiri, Jawa Tengah yang menceritakan Raden Gunung Sari yang kemudian berubah menjadi kera untuk mengelabui musuhnya. Karena itu, penari kethek ogleng menari mengenakan topeng kera dengan gerakan seperti kera dengan iringan musik. Biasanya penari kethek ogleng mengajak penonton untuk ikut berjoget.

Lihat juga: Rumah Adat Jawa Tengah

Demikianlah tarian Jawa Tengah dari berbagai daerah di Jawa Tengah yang masih eksis hingga saat ini dari mulai tarian rakyat hingga tarian ningrat.