3 Pakaian Adat Sulawesi Tenggara Serta Penjelasan dan Gambar

Pakaian adat Sulawesi Tenggara sangat beragam karena terdapat tak hanya satu suku saja di provinsi ini. Sulawesi Tenggara merupakan salah satu daerah dengan penduduk yang heterogen dan juga berbagai macam suku. Provinsi Sulawesi Tenggara ditinggali oleh sebagian besar suku Tolaki. Namun, ada beberapa suku lainnya yang tinggal di Provinsi ini seperti suku Buton, Muna, Morenene, dan juga suku Wawonii.

Berdasarkan data pemerintahan, jumlah suku Wawonii yang tinggal di Sulawesi Tenggara hanya sekitar 9% dari jumlah keseluruhan penduduk Sulawesi. Meskipun begitu, perbedaan suku yang ada di kepulauan Sulawesi ini ternyata memberikan warna dan keberagaman tersendiri terutama dalam hal adat dan kebudayaan.

Pakaian Adat Sulawesi Tenggara

Hal tersebut yang kemudian memberikan kekayaan budaya bagi warga Sulawesi Tenggara yang diwujudkan dengan berbagai rumah adat Indonesia dan pakaian tradisional.

Baju Adat Sulawesi Tenggara:

Macam macam pakaian adat Sulawesi Tenggara beserta gambar dan penjelasannya dapat Anda lihat pada penjelasan berikut ini.

1. Pakaian Adat Tolaki Sulawesi Tenggara.

Pakaian Adat Sulawesi Tenggara tolaki
@bajutradisionals.com

Suku Tolaki merupakan suku mayoritas yang mendiami kepulauan Sulawesi Tenggara. Baju adat Sulawesi Tenggara awalnya hanya digunakan oleh para bangsawan ataupun orang yang memiliki kedudukan. Namun di zaman sekarang, baju tradisional bisa digunakan oleh siapapun tak terkecuali rakyat biasa.

Mereka memakai pakaian khusus ini pada saat upacara pengantin ataupun acara adat lainnya. Untuk baju Adat Tolaki Sulawesi Tenggara terdiri dari dua jenis yaitu Babu Nggawi dan Babu Nggawi Langgai. Pakaian tersebut merupakan pakaian yang didaulat sebagai baju nasional untuk provinsi Sulawesi Tenggara.

Untuk baju wanita, suku Tolaki menyebutnya dengan Babu Nggawi. Baju ini terdiri dari atasan yang disebut Lipa Hinoru dengan bawahan roo mendaa dan tak lupa perhiasan dari emas. Atasan yang dipakai ialah semacam blus di mana bagian bahunya terbuka.

Dipadu padankan dengan roo mendaa yang merupakan rok berwarna senada dengan atasannya. Rok ini memiliki panjang hingga mata kaki dan dihiasi dengan manic-manik emas di bagian depan. Motif yang digunakan untuk rok ini ialah motif khas dari suku Tolaki yakni motif pinetobo, motif pineburi mblaku, dan motif pinesewu.

Pengantin wanita yang menggunakan baju ini biasanya juga memakai berbagai perhiasan atau aksesoris. Misalnya kalung panjang, gelang kecil, kalung panjang dan pendek, gelang permata, gelang besar dan juga ikat pinggang. Selain hiasan aksesoris dan perhiasanyang digunakan, rambut dari wanita suku Tolaki juga dihias.

Rambut yang disanggul dengan hiasan bunga yang beraroma sangat wangi. Masyarakat suku Tolaki juga tidak sembarangan dalam berdandan. Hal tersebut karena terdapat kepercayaan yang mengharuskan mereka berdandan secara berurutan.

Sedangkan baju untuk pria ialah Babu Nggawi Langgai. Baju untuk pria khususnya mempelai pria terdiri dari atasan lengan panjang tanpa kancing yang disebut baju kandiu. Baju ini memiliki belahan di tengahnya yang dihiasi dengan manic-manik warna emas dibagian lengan, leher, dan belahan baju.

Untuk bawahannya, para pria menggunakan celana panjang yang biasa disebut saluaro ala. Takhany baju atasan dan celana panjang, ada beberapa aksesoris dan kelengkapan lainnya. Misalnya saja ikat pinggang dari bahan logam yang disebut Sulepe atau salupi.

Ikat pinggang berwarna emas ini dihias juga dengan manic manic yang senada dengan warna baju dan celana. Para pria juga memakai penutup kepala berbentuk runcing yang dihias benang emas dan manik-manik. Penutup kepala ini disebut pabele yang terbuat dari bahan kain pakaian pengantin pria.

Sebagai hiasan, para pria juga menggunakan sapu ndobo mungai atau sapu tangan yang memiliki warna cerah senada dengan baju yang dikenakan. Yang terakhir, pria wajib membawa keris atau di Sulawesi disebut Leko. Leko merupakan senjata tradisional yang digunakan sebagai perlindungan diri.

Baca juga: Baju Adat Sulawesi Utara

2. Pakaian Adat Buton Sulawesi Tenggara.

Pakaian Adat Sulawesi Tenggara buton
@senibudayaku

Baju Adat Buton Sulawesi Tenggara hanya berupa sarung dan ikat kepala dengan nuansa berwarna biru. Suku Buton biasanya tidak mengenakan baju, hanya kain-kain biasa. Ciri khas dari suku Buton ialah rumbai-rumbai pada ikat pinggang yang disebtu kabokena tanga.

Penggunaan ikat kepala atau biru-biru yang ditumpuk menjadi beberapa lipatan juga menjadi ciri khas suku Buton. Bagi para wanita suku Buton, mereka memakai baju Kombowa. Pakaian ini terdiri dari baju lengan pendek tanpa kancing yang disebut bia-bia itanu dengan motif kotak kecil-kecil. Para wanitanya juga menggunakan beberapa perhiasan seperti cincin, gelang dan anting berbahan emas mulia.

Selain menggunakan baju tradisional untuk sehari-hari, masyarakat suku Buton juga memiliki pakaian adat Indonesia lainnya. Pakaian ini digunakan saat acara adat ataupun upacara adat. Salah satu acara adat ialah acara sunatan dan acara memingit gadis atau dalam bahasa Sulawesi disebut posuo.

Pada acara posuo, sang gadis mengenakan pakaian yang disebut pakaian kalambe. Pakaian tersebut ialah baju kambowa dengan bawahan sarung berlapis dua, ikat pinggang dan juga perhiasan emas.

3. Pakaian Adat Muna Sulawesi Tenggara.

Pakaian Adat Sulawesi Tenggara suku numa
@googleplus

Suku Muna merupakan salah satu suku yang memiliki populasi cukup besar di Sulawesi yaitu sekitar 19%. Suku Muna banyak menempati Kabupaten Muna di Sulawesi Tenggara. Sama halnya seperti suku yang lainnya, suku Muna juga memiliki pakaian yang menjadi ciri khas suku ini.

Baju Adat Muna Sulawesi Tenggara terdiri atas pakaian khusus pria dan baju untuk wanita. Untuk pakaian pria biasanya mereka menggunakan bhatu (baju), bheta (sarung), sala (celana), dan songko (kopiah) atau yang biasanya digantikan dengan kampurui (ikat kepala).

Serangkaian pakaian tersebut adalah yang dipakai sehari-hari oleh para pria suku Muna. Kebanyakan bhatu atau baju yang digunakan oleh suku Muna ialah baju lengan pendek berwarna putih. Tak lupa ikat kepala berbahan kain dengan corak batik.

Bawahan yang digunakan dalah sarung berwarna merah dengan corak geometris horizontal. Ditambah dengan ikat pinggang berwarna kuning yang terbuat dari logam. Fungsi dari ikat pinggang ini adalah untuk penguat sarung dan juga sebagai tempat menyelipkan senjata.

Baca juga: Kebudayaan Sulawesi Selatan

Sedangkan baju adat Sulawesi Tenggara untuk wanita suku Muna, biasanya mereka memakai bhadu, bheta, dan simpulan kagogo. Baju yang digunakan bervariasi, ada yang lengan pendek dan ada pula yang lengan panjang. Bahan baju yang digunakan ialah bahan satin berwarna biru ataupun merah.

Untuk wanita muda biasanya menggunakan kuta kutango atau baju lengan pendek dengan sarung motif geometris berwarna hitam, biru, coklat, merah, atau warna gelap lainnya. Sedangkan untuk aksesoris yang digunakan biasanya adalah gelang emas maupun gelang logam warna putih dan kuning pada kaki para wanita. Hal tersebut merupakan salah satu aksesoris yang wajib ada dalam baju Sulawesi Barat.

Pakaian adat Sulawesi Tenggara masih tetap dipakai dan dikenakan oleh masyarakat setiap suku di Sulawesi. Hal ini menunjukan cara yang terbaik untuk mempertahankan warisan budaya. Walaupun penggunaannya untuk saat ini hanya pada saat upacara adat seperti acara perinikahan, hal tersebut menjadi bukti kecintaan masayarakat Sulawesi terhadap suku dan budayanya.