Rumah Adat Aceh – Tak ayal, rumah adat Aceh juga sarat akan makna dan filosofi keislaman yang sangat religius. Negeri Serambi Mekkah adalah julukan untuk Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Provinsi paling barat di Indonesia ini, memang merupakan Provinsi pertama tempat penyebaran agama Islam. Sehingga budaya Islam sangat kental terasa di provinsi ini.
Provinsi Aceh juga memiliki rumah adat yang menjadi simbol budayanya seperti daerah-daerah lain. Setiap adat menyimpan keunikan-keunikan tersendiri. Tidak ada pengecualian termasuk rumah adat di Aceh.
Rumah adat Aceh berbentuk rumah panggung yang memiliki tinggi tiang 2,5 hingga 3 meter. Bentuk panggung dipilih agar penghuni rumah terhindar dari serangan binatang buas. Rumah panggung juga dibangun agar air tidak masuk ke dalam rumah apabila terjadi banjir.
Hal yang tidak biasa dari rumah adat Aceh adalah pintu yang memiliki tinggi 120 hingga 150 cm. Sehingga, terkadang masyarakat harus menunduk agar dapat masuk ke dalam rumah tersebut. Lalu, bagaimana sejarah, bagian-bagian, dan filosofi yang ada pada rumah adat Aceh?
Nama Rumah Adat Aceh:
- Rumoh Aceh atau Krong Bade.
- Rumoh Santeut.
- Rumah Rangkang.
Sejarah Rumah Adat Aceh
Sejarah rumah adat Aceh adalah berdasarkan kepercayaan dianut oleh masyarakat terdahulu. Leluhur mengisyaratkan bahwa rumah bukan hanya sekadar tempat berteduh tetapi juga merupakan ekspresi keyakinan akan Tuhan. Rumah merupakan jembatan syukur atas kekayaan alam yang diberikan Tuhan. Karena itu, pembuatan rumah Aceh memang selalu memanfaatkan bahan-bahan yang ada di alam.
Penduduk Aceh sangat paham bagaimana cara memanfaatkan alam untuk membangun hunian. Kayu-kayu pilihan digunakan untuk membuat tiang, papan untuk dinding, dan atap dari daun rumbia. Masyarakat Aceh tidak menggunakan paku untuk menyambung tiap tiangnya, tetapi diikat kuat dengan rotan atau pasak. Menarikkan?
Ada satu hal yang lebih unik lagi. Meskipun terbuat dari alam, rumah adat Aceh yang berbentuk rumah panggung itu dapat kokoh hingga 200 Tahun, loh. Rumah Adat di Aceh juga terkenal tahan akan gempa. Ketika gempa, tiang-tiang rumah yang terikat kuat, biasanya hanya akan bergoyang tanpa merobohkan rumah tersebut.
Selain keunikannya yang dapat bertahan lama, rumah adat asal Aceh tersebut tentu juga memiliki keunikan lainnya. Apa saja, ya?
Bagian bagian Rumah Adat Aceh :
- Seuramoe keue atau serambi depan.
Serambi depan adalah bagian terdepan rumah yang berfungsi sebagai tempat menerima tamu. Ruangan ini juga biasa digunakan untuk keluarga bersantai dan bercengkerama. - Seuramoe tengah atau serambi tengah.
Fungsi dari ruangan ini adalah tempat berkumpulnya seluruh penghuni rumah. Di sini terdapat kamar-kamar tidur dan tempat untuk memandikan mayat (mayak) apabila ada anggota keluarga yang meninggal dunia.
Ruangan ini adalah ruangan privat bagi keluarga sehingga tamu yang ingin masuk ke mari harus melalui izin dari pemilik rumah. Untuk membedakannya, lantai serambi tengah ini lebih tinggi dibanding dengan serambi depan dan belakang. - Seuramoe likot atau serambi belakang.
Ruangan ini biasanya berisi dapur, ruang makan, atau tempat untuk bersantai. Ruangan ini tidak memiliki kamar-kamar seperti serambi tengah. Bagian lantainya juga dibuat lebih rendah dari serambi tengah.
Selain itu, bentuk rumah panggung masyarakat Aceh memudahkan mereka untuk menyimpan hasil panen. Biasanya, hasil-hasil panen tersebut disimpan di bagian bawah rumah. Beberapa masyarakat juga menyulap untuk tempat tinggal hewan-hewan peliharaan masyarakat Aceh.
Sementara bagian bawah digunakan untuk menyimpan hasil panen atau hewan ternak, bagian atap rumah Aceh juga memiliki fungsi tersendiri. Fungsi atap adalah untuk menyimpan barang-barang pusaka. Barang-barang tersebut diwariskan secara turun temurun kepada anak dan cucu pemilik rumah.
Filosofi dan Keunikan Rumah Adat Aceh
Dalam membangun sebuah rumah, masyarakat Aceh sangat memperhatikan unsur-unsur agama. Hal tersebut tercermin dalam beberapa hal. Misalnya saja, Rumah Aceh berbentuk persegi panjang dengan bagian depan menghadap ke barat. Filosofi rumah diKebudayaan Aceh tersebut menandakan bahwa masyarakat Aceh adalah masyarakat yang taat beragama. Rumah yang menghadap ke arah kiblat merupakan cermin bahwa masyarakat Aceh tidak pernah lupa akan Tuhan yang menciptakan.
Masyarakat juga meletakkan gentong air di depan rumah. Gentong itu diletakkan di depan rumah agar tamu-tamu yang datang dapat mencuci kaki mereka. Sehingga kaki para tamu bersih ketika hendak memasuki rumah. Hal itu memiliki arti bahwa tamu-tamu yang datang harus memiliki niat yang baik terhadap tuan rumah.
Selain letak rumah yang menghadap ke arah barat, salah satu tanda religiusitas masyarakat Aceh adalah jumlah anak tangga. Setiap Rumoh Aceh memiliki jumlah anak tangga ganjil. Kepercayaan umat Islam bahwa Allah menyukai hal-hal yang jumlahnya ganjil.
Masyarakat biasanya juga banyak meletakkan ukiran dan lukisan di dinding. Hal tersebut menandakan bahwa masyarakat Aceh sangat menyukai keindahan. Namun tidak semua masyarakat menggunakan hiasan di dalam rumah. Biasanya semakin banyak hiasan di dinding menandakan bahwa rumah tersebut adalah rumah orang berada.
Seperti yang telah dijelaskan di atas, Aceh juga memiliki rumah adat lain selain Rumoh Aceh. Rumah-rumah tersebut adalah Rumoh Santeut dan Rumoh Rangkang. Lalu, apa sih perbedaannya?
Rumoh Santeut disebut pula Tampong Limpong. Rumah ini adalah rumah yang biasa ditinggali oleh masyarakat yang berpenghasilan rendah. Bagian Rumoh Santeut sama dengan bagian Rumoh Aceh. Hanya saja, tidak ada perbedaan ketinggian antara serambi depan, tengah, dan belakang. Ukuran rumah ini juga relatif lebih kecil.
Kalau Rumoh Santeut biasanya ditinggali oleh masyarakat berpenghasilan rendah, hal berbeda terjadi untuk Rumah Rangkang. Rumah Rangkang adalah gubuk yang terdiri dari satu ruang yang berfungsi sebagai tempat istirahat petani. Bahan-bahan yang digunakan dalam membuat Rangkang lebih sederhana dari pada yang digunakan untuk membuat Rumoh Aceh atau Rumah Santeut.
Seiring berjalannya waktu, rumah adat Aceh kini hanya sedikit yang dapat kita temui di Aceh. Masyarakat sekarang telah beralih dengan menggunakan rumah-rumah yang terbuat dari bata dan beton. Hal tersebut juga terjadi karena semakin sedikitnya bahan-bahan yang dapat ditemui di alam. Pembangunan di atas hutan membuat potensi-potensi alam di Aceh mulai berkurang.
Namun, bagi Sobat yang ingin melihat secara langsung, tidak perlu khawatir. Sobat bisa mampir ke Taman Mini Indonesia Indah agar dapat melihat dan mempelajari tentang Rumoh Aceh. Ingin melihat secara langsung? Sobat dapat berkunjung ke Banda Aceh. Di kota yang menjadi ibukota provinsi Aceh ini masih dapat ditemui rumah adat Aceh.
Baca juga: Pakaian Adat Aceh
Demikian sejarah, bagian-bagian, dan filosofi yang ada pada rumah adat Aceh. Semoga artikel ini bermanfaat dan dapat menambah pengetahuan Sobat tentang budaya yang ada di seluruh Indonesia.